Dentuman jam melewati detik, menit, hari bahkan tahun
Jiwa dan raga ini tak letihnya memujamu
Setiap hembusan napas selalu terselip namamu
Setiap masa melewati jalur hatimu
Bagai angin tak terlihat tapi mampu kau rasakan
Setiap waktu selalu menyapamu dengan kesejukan
Bagai tunas yang siap tumbuh di sisimu
Mata yang bahkan tak ingin berpaling selalu memandangmu
Bibir yang bahkan tak mampu bicara selalu menyebut namamu
Hati yang bahkan tak mampu menyimpan rasa kini selalu mengukir wajahmu
Tak mampu kah kau lihat hasrat yang begitu bergejolak
Mimpi yang sengaja kuredam kini menggila karenamu
Terbang bebas tak dapat kujangkau
Hadirmu yang sesaat begitu menikam
Senyummu yang bagai bilah begitu tajam
Aku hanya sebatang bambu usang
Yang selalu menggelandang di antara bambu lain
Menunggumu untuk memilihku
Sebagai tiang gubukmu