Di mata Puisi
Lembayung senja porak-poranda
Seorang mengutip puisi senja
Tapi senja kali ini sungguh berbeda.
Aku menyimpan catatan di meja kosong.
Yang tertulis hanya pelamun di meja tua.
Kisah masa muda, perang, politik dan negara melilit kepala.
Sesekali congkok ke belakang.
Seperti akan datang seseorang dengan deretan pertanyaan.
Andai aku tertembak hari itu, cerita lebih indah dari derita.
Andai rasa ingin tahu manusia tidak pernah ada.
Dimata puisi
aku melihat diriku yang debu mengutuk belaka
orang-orang membersihkan diri dengan air mata
juga kecemasan yang beriringan dengan ketegangan
beradu nasib lewat bahasa-bahasa baru.
Aku mempelajari diriku dalam mencintaimu
tiada lagi sebagai siapa, tapi menemukan bentuk diriku yang lain
-tidak aku kenali.
Andai rasa ingin tahu manusia tidak pernah ada.